This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sondag 17 Januarie 2010

TANDA MENJELANG QIAMAT

عَن عَبَّاس ابْنِ عَابِس الغِفَّارِى رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ:"بَادِرُوا بالموت /بِالأَعْمَالِ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، واسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلُّهُمْ فِقْهًا

Dari
Sayidina Abbas Ibn Abis al Ghifari ra. Berkata; Rasulullah bersabda, “bergegaslah kalian semua dengan (ingat) mati – pada riwayat yang lain - dengan (mengerjakan) amal-amal ibadah terhadap enam perkara; pemimpin yang dungu, jual beli hukum, merajalelanya tindak kriminal, memutus tali silaturahim dan lalai dengan menjadikan Al Quran sebagai lagu-lagu. Mereka mendahulukan seseorang yang melagukan al Quran, walaupun dia paling sedikit pengetahuan (ilmu agamanya) ~ HR Tabrani.

Kiamat merupakan salah satu fase dari perputaran kehidupan, peritiwa besar yang akan dialami oleh alam ini. Rasulullah saw. Sebagai utusan Allah yang membimbing umat manusia agar selamat di dunia dan akhirat telah diberi pengetahuan tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang yang selanjutnya beliau tuangkan dalam mutiara hadits2 yang dikenal dengan tanabbu’at.

Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat abbas ibn abis di atas, mencerminkan bahwa seorang mukmin bila terlah mendapati enam perkara yang beliau sabdakan, maka hendaknya banyak mengingat kematian dengan diiringi usaha untuk memperbanyak amal ibadah. Karena, bekal yang akan dibawa oelah seorang hamba menuju peristirahatan yang kekal (akhirat), buakanlah harta benda yang selama ini dia kumpulkan, ataupun pangkat yang menjadi kebanggaan, melainkan hanyalah amal semasa dia hidup. Enam perkara yang menjadi tanda-tanda kiamat dalam sabda Nabi saw, ialah:

  1. Kepemimpinan orang-orang dungu.
Makna bodoh di sini dalam urusan agama, karena yang menjadi prioritas utamanya hanya urusan dunia, bahkan yang sia-sia sekalipun. Hal ini sangat berpengaruh pada keputusan-keputusan yang dia ambil, sehingga urusan-urusan agama akan terbengkalai dan semakin aus.

  1. Banyak polisi.
Sebagian orang mempunyai statement (anggapan) bahwa dengan banyaknya polisi atau pasukan pengaman di suatu daerah, maka keadaan akan semakin kondusif dan aman. Padahal, justru hal inilah yang menandakan angka kejahatan di derah tersebut relatif tinggi. Sehingga orang yang baik pun gelisah di persimpangan jalan dan yang jahat dengan leluasa melancarkan aksinya. Sedangkan para aparat hanya tidur menunggu tip dari para mafia. Seorang penyair berkata:

Para penjaga kebun Mesir saling tertidur sampai kancil-kancil itu kekenyangan sebelum tandan-tandan kurma habis. Dan termasuk juga kategori polisi, orang-orang yang suka mencari, menyebarkan dan menggosip kesalahan orang lain.

  1. Jual beli hukum.
Praktek ini sudah berakar di dalam sendi-sendi negara, seperti suap menyuap yang banyak ditemukan di instansi-instansi pemerintahan, mulai dari kehakiman, pertahanan, pendidikan sampai pada penerimaan calon PNS. Nabi saw bersabda, “penyuap dan yang menerima suap (berada) di neraka.” (HR. Turmudzi).

  1. Merajalelanya tindak kriminal.
Pada dewasa ini, kriminalitas sudah menjadi berita setiap hari yang disajikan di beberapa stasiun TV dan seakan-akan merupakan menu wajib di keseharian kita. Sebut saja pembunuhan, perampokan dan tidak-tindak asusila lainnya. Hingga sampai ke tingkat apa yang terkandung dalam hadits, “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga paling beruntungnya manusia (pada saat itu) adalan orang biadab bin biadab.” (HR. Bukhori).

  1. Memutus tali silaturrahmi (persaudaraan).
Perbuatan ini sangat tercela, karena sangat bertentangan dengan tuntunan Islam yang menganjurkan untuk saling bertegur sapa, meskipun dengan orang yang tak dikenal. Bahkan dalam Islam sesama muslim adalah saudara. Akan tetapi, qathi’u arrahim (memutus tali persaudaraan) telah membudaya di kalangan masyarakat kita. Hal itu merupakan imbas dari banyaknya orang yang saling memperebutkan warisan, kedudukan dan harta. Kadang seseorang akan mudah sekali memutus hubungan saudara atau kerabat, hanya karena perasaannya tersinggung dengan masalah yang sepele. Nabi saw bersabda, “Tidak masuk surga orang yang memutus (tali silaturrahmi).” (HR. Bukhori).

  1. Melagukan al Qur’an
Al Qur’an kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat terbesar beliau, yang terjaga keotentikannya dan seharusnya menjadi acuan dan pedoman, sudah banyak dilalaikan. Mari kita amati perkembangan al Quran dalam masyarakat Indonesia dewasa ini, al Quran dijadikan sebagai hiburan, kesenian, dilagukan untuk perlombaan dan pembukaan acara-acara, sehingga lupa akan tujuan untuk apa al Quran itu diturunkan, yaitu agar dipahami, dihayati dan diamalkan. Menjadikan al Quran tidak sesuai dengan tujuan utamanya adalah suatu bid’ah yang jelas kesesatannya, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan orang-orang salaf. Ibnu Abbas berkata; “kesesatan itu manis dirasakan oleh orang-orang sesat Allah berfirman:

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ

70. "Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau [486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu."
  • [485] Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
  • [486] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
  • [487] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Maksud dari menjadikan agama sebagai mainan dan senda gurau ialah memperolok agama dengan mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya secara main-main dan tidak sungguh-sungguh.

Jika orang-orang Islam mampu menerapkan apa yang terkandung dalam al Quran dalam lingkup keluarga maupun masyarakat, maka di negeri ini Insya Allah akan tercipta stabilitas nasional dan keadilan serta kemakmuran akan semakin merata. Namun hal ini tentunya dengan alasan yang baik, seperti syiar Islam atau mencari barakah.

Dalam haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk membaca al Quran dengan dialek dan makhrajnya orang Arab. Disamping itu, beliau juga memberikan peringatan agar kita tidak membacanya dengan menggunakan lagunya orang-orang fasik dan ahli kitab. Karena Nabi juga menyebutkan, bahwa setelah zaman beliau, akan ada suatu kaum yang menelaah al Quran dari segi lagunya, seperti ratapan dan sebagaimana para rahib (pendeta) menelaah. Sedangkan al Quran tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka (hanya sekedar dibaca, tidak diamalkan) dimana hati mereka dan hari orang-orang yang mengaguminya itu telah terkena fitnah.

Fenomena diatas telah terjadi dimana-mana. Padahal, ketika disabdakan Nabi empat belas abad yang lalu, hal tersebut masih dianggap sesuatu yang mustahil terjadi di kalangan umat Islam. Ini merupakan bukti bahwa Rasulullah adalah benar nabi pilihan Allah swt, supaya yang masih kafir menjadi beriman dan yang mukmin semakin mantap keimanannya, meningkat frekwensi ketakwaan, serta volume amalnya. Nabi Muhammad saw dalam haditsnya, berusaha menghandle jalan yang mesti kita tempuh agar umatnya selalu waspada terhadap tanda-tanda kiamat kubro yang sudah terjadi ini. Karena dengan demikian kiamat sudah berada diambang pintu. Dan agar kita kembali kepada Allah, bertaubat, meminta keselamatan di dunia dan akhirat.

Dari: KH. Qoimuddin W.K | Sumber: achmad shampton


Saterdag 16 Januarie 2010

ALAM JIN MENURUT AL QURAN DAN AS SUNNAH

Judul: Alam Jin Menurut Al Qur'an dan As Sunnah
(Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim)
Penulis: Abdul Hakim bin Amir Abdat
Penerbit: Darul Qalam
Cetakan: II
Tahun: 2004
Halaman: ii + 146

[ISI BUKU]
Buku ini memuat bantahan terhadap buku yang ditulis oleh seorang wartawan Mesir yang bernama Muhammad Isa Dawud yang menulis buku dengan judul "Dialog dengan Jin Muslim".

Secara garis besar, buku 'Alam Jin Menurut Al Qur'an dan Sunnah ini terdiri dari tiga bagian. Yang pertama, tentang alam jin menurut Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang kedua, tentang kaidah kaidah syari'at. Dua bagian ini dirasa penting oleh Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat untuk diterangkan sebagai fundamen/dasar sebelum memasuki bab atau bagian ketiga. Bagian ketiga berisi tentang catatan atas buku 'Dialog dengan Jin Muslim'. Ada 34 catatan koreksian yang dibuat oleh Ust. Abdul Hakim terhadap buku 'Dialog dengan Jin Muslim'.

[ALAM JIN]
Ust. Abdul Hakim di bukunya tersebut menjelaskan sepuluh hal tentang alam jin menurut Al Qur'an dan Sunnah.

PERTAMA
Jin dikenakan taklif (kewajiban) seperti halnya manusia. Dalilnya ayat Al Qur'an (yang artinya): "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS Adz Dzaariyaat: 56)

KEDUA
Jin ada yang mukmin dan ada juga yang kafir. Dalilnya ayat Al Qur'an (yang artinya): "Dan sesungguhnya di antara kami ada orang orang yang shalih dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda beda." (QS Al Jin: 11)

Berkata Ust. Abdul Hakim: "Ada yang mukmin pengikut tariqah ahlus sunnah wal jama'ah menurut pemahaman salafush shalih, ada yang mukmin pengikut mu'tazilah dan ada yang mukmin pengikut ahlul bid'ah lainnya. (hal. 19)

KETIGA
Jin itu diciptakan lebih dahulu daripada manusia. Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS Al Hijr: 26-27)

KEEMPAT
Jin adalah satu bangsa yang besar dan terbagi bagi, sehingga Iblis termasuk salah satu bangsa jin. Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan keturunan keturunannya sebagai pemimpin selain daripada Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang orang yang zalim." (QS Al Kahfi: 50)

KELIMA
Manusia lebih mulia daripada jin. Dalilnya adalah Al Qur'an (yang artinya): "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang orang yang kafir." (QS Al Baqarah: 34)

Berkata Ust. Abdul Hakim, "Oleh karena itu apabila ada manusia yang memohon pertolongan kepada jin, maka ia membuat jin semakin sombong, takabur, dan besar kepala." (hal. 24)

KEENAM
Jin, termasuk Iblis beserta kaumnya tidak bisa dilihat oleh mata kepala kita, manusia tidak bisa melihat jin (dalam rupa aslinya). Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Hai anak Adam, janganlah sekali kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin pemimpin bagi orang orang yang tidak beriman." (QS Al A'raaf : 27)

KETUJUH
Manusia itu dapat dirasuki oleh jin, dengan kata lain "kesurupan". Dalilnya adalah Al Qur'an Surat Al Baqarah: 275 (yang artinya): "Orang orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila." (QS Al Baqarah: 275)

KEDELAPAN
Bahwa jin atau setan itu ada yang laki dan ada yang perempuan dan mereka sama dengan kita, kawin dan bercampur antara laki laki dan perempuan. Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Dan bahwasannya ada beberapa orang laki laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki laki diantara jin, maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS Al Jin: 6)

Juga hadits yang merupakan do'a yang kita baca ketika masuk WC (yang artinya): "Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari jin yang laki laki dan yang perempuan".

KESEMBILAN
Bangsa jin itu juga makan seperti kita, hanya saja makanannya tidak sama dengan makanan kita dan adakalanya dia mencuri makanan kita sebagaimana setan mencuri makanan zakat dari Abu Hurairah yang diperintah oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjaganya.

Pada footnote nya disebutkan makanan jin diantaranya adalah tulang dan kotoran, makanan manusia yang tidak menyebut nama Allah, dan minuman yang terlarang.

KESEPULUH
Setan juga bermalam dan bertempat tinggal, ada kalanya mereka tinggal di rumah rumah kita. Untuk itulah perlu membaca do'a ketika masuk rumah agar setan tidak bermalam di rumah kita. Dalilnya adalah hadits dalam Shahih Muslim no. 2018 (yang artinya): "Bila seseorang masuk rumahnya, lalu menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka setan berkata (kepada kelompoknya): "Tidak ada penginapan bagi kamu dan tidak ada makanan malam bagi kamu. Jika seseorang itu masuk rumahnya dan tidak menyebut nama Allah, maka setan berkata (kepada kelompoknya): "Kamu mendapatkan penginapan. Dan jika seseorang tidak menyebut nama Allah ketika makan, maka setan berkata (kepada kelompoknya): "Kamu akan mendapatkan penginapan dan makanan untuk malam."

[PERSONAL VIEW]
Maraknya tayangan tayangan tentang jin di media hanya memasyhurkan setan. Yang berakibat semakin membesarkan dan mengagungkan Iblis dengan penuh rasa takut. Oleh karena itu buku ini perlu sekali dibaca dan dipahami oleh kaum muslimin. Agar kaum muslimin memahami permasalahan tentang alam jin sesuai Al Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman para shahabat.

Secara khusus, buku yang ditulis oleh Ustadz Abdul Hakim ini membantah buku yang telah terbit sebelumnya yang ditulis oleh seorang wartawan Mesir, dengan judul terjemahan Indonesia "Dialog dengan Jin Muslim". Wartawan Mesir yang bernama Muhammad Isa Dawud ini mengambil semua khabar untuk bukunya dari Jin Muslim sahabatnya. Yang berakibat mementahkan argumentasi ilmiah dalam beragama, dengan hanya merujuk dari perkataan Jin Muslim sahabatnya itu. Salah satu contohnya adalah penetapan suatu hadits itu sah atau tidak dengan hanya merujuk pada perkataan Jin Muslim sahabatnya itu. Ini cukup kontroversial sekali. Inilah yang dibantah dan diluruskan oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat di bukunya "Alam Jin Menurut Al Qur'an dan As Sunnah".

Semoga bermanfaat.
Chandraleka
Independent IT Writer
Visit http://come.to/digitalworks
a source for computer hobbyist


Baca juga: Sekelumit Tentang Jin

Sondag 03 Januarie 2010

SYAIKH ABDULLAH BIN ABDURRAHMAN AL-JIBRIN

Nama dan silsilah keturunan:
Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ibrahim bin Fahd bin Hamd bin Jibrin. Silsilahnya bersambung sampai ke kabilah Bani Zaid.

Kelahiran:
Lahir tahun 1349 H. di desa Muhairaqa, Qowaiea. Terletak sekitar 180 km dari ibu kota Riyad.

Pendidikan:
Setefah usianya genap satu tahun, mereka pindah ke Rayan. Di kota kecil itu orang tuanya memasukkannya sekolah tahun 1358 H. Mulailah ia belajar membaca dan menulis sampai tahun 1364 H. Setelah itu ia mulai menghafal al-Quran. Sebagian al-Quran berhasil ia hafal khususnya bagian sepertiga terakhir dan sisanya ia belajar dengan ayahnya Syaikh Abdurrahman sambil menghapal hadits nabawi yang empat puluh termasuk mempelajarinya sebagai ilmu ilmu dasar. Pada tahun 1467 H. ia mengajukan permohonan belajar kepada Syaikh Abdul Aziz Sythry -rahimahullah- agar bisa ikut belajar '(menjadi muridnya), akan tapi sang Syaikh tidak mau menerima murid, jika murid tersebut belum hapal al-Quran 30 juz. Akhirnya Syaikh Jibrin berusaha berkonsentrasi menghafal al-Quran hingga ia menghafalnya dengan betul, dan hafalannya selesai tepat pada penghujung tahun.

Setelah itu barulah ia belajar dengan Syaikh Sythry dengan jadwal setiap sehabis sholat Subuh, dilanjutkan lagi di waktu duha (pagi), kemudian satu jam setelah sholat Ashar dan setelah sholat Maghrib hingga masuk waktu sholat Isya. Buku-buku yang dipelajarinya pun bervariasi; mulai dari buku-buku ringkas seperti: Zaadul Mustaqniq, `Umdatul Kalam, al-Arba'in an-Nabawiyah, Kitabut Tauhid, Tsalatsatu Ushul, Syuruth as-Shalah, Adabul Masyi ila as-Shalah, AI Ilqidah al-Wasithiyah dan al-Hamawiyah. Untuk pelajaran Nahwu dan Shorof, ia mempelajari buku Matan AI Ujrumiyah. Dalam hal pelajaran Faraid, ia mempelajari buku ar Rahabiyah. Begitu juga ia belajar pakai buku-buku syarah besar, seperti buku: Subulus Salam, Syarh a!-Arba'in an-Nabawiyah karangan Ibnu Rajab, buku Tarikh karangan Ibnu Katsir berikut dengan kitab Tafsirnya, Tarsir Ibnu Jarir at-Thabari, Syarh Masa'il al-Jahiliyah karangan Mahmud al-Alusi al-Iraqi, buku tafsir an Naisaburi yang berjudul Gharaib al-Quran, dan masih banyak lagi buku-buku syarah dan karangan-karangan ulama baik itu yang masih berupa manuskrip maupun yang sudah dicetak. Selama masa belajar, ia tidak henti-hentinya mengulang hafalan al-Quran. Setelah ayahnya wafat, ia sholat Jum'at dan berjamaah di Mesjid Raya.

Belajar ke luar daerah:
Ia menamatkan studi di Ma'had Imam Dakwah, Riyadh tahun 1381 H. Setelah itu ia diterima menjadi tenaga pengajar di sekolah yang sama. fa bekerja sebagai tenaga pengajar hingga berikutnya ia diminta pindah ke Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud Islamiyah menjadi dosen di Fakultas Syariah dan Ushuluddin tahun 1395 H. yaitu sebelum dua kuliah tersebut dipisah menjadi dua. Ia masuk sebagai staf akademik fakultas tersebut dan selama ia aktif di sana telah banyak membimbing disertasi Magister.

Pada tahun 1402 H. ditetapkan sebagai anggota komisi fatwa di Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa, dekat dengan gurunya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah. Pengabdiannya di dewan tersebut merupakan akhir karimya dan setelah itu ia memasuki masa pensiun di bulan Rajab 1418 H. Semoga Allah senantiasa menjaganya. Syaikh Jibrin meraih gelar Magister dari Perguruan Tinggi Kehakiman tahun 1390 H. dengan judul disertasi "Akhbar al-Aahad fi al-Hadits an-Nabawi" dengan yudisium cumlaud. Gelar doktomya diraih dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1407 H. mentahqiq (investigasi) terhadap buku "Syarah az-Zarkasy 'ala Mukhtashar al-Khuraqi" dengan yudisium cumlaud level pertama. Dalam disertasi itu ia bertugas mentaqhiq dan mentakhrij (foot note) hadits sebanyak 7 jilid buku dan buku-buku itu sekarang dicetak dan beredar di toko-toko buku.

Kegiatan harian:
Jadwal kegiatan harian Syaikh dimulai dari setelah shalat Subuh memberikan ceramah di salah satu masjid sampai matahari terbit, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat. Setelah istirahat, berangkat ke kantor Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa. Di kantor, ia menjawab pelbagai pertanyaan tentang masalah keagamaan.

Meskipun penanya-penanya itu ramai setiap hari, ia tidak pemah jenuh. [a siap membantu siapapun yang membutuhkan bantuan, dan meringankan beban siapapun yang memerlukan. Ia bersedia mengangkat dering telepon penanya. Pesawat teleponnya tidak pernah berhenti berdering. Demikianlah kesibukannya sehari-hari. Kerap kali ia orang yang paling terakhir pulang dari kantor Fatwa, bahkan ia sendiri yang mematikan lampu-lampu. Setelah shalat Ashar rumahnya terbuka untuk umum, juga ia menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang masalah agama. Kalau perlu, ia memberikan orientasi, atau memberikan rekomendasi bagi siapa saja yang membutuhkan, sampai masuk waktu Maghrib. Kemudian, ia berangkat ke salah satu masjid di kota Riyad untuk mengisi jadwal pengajian mingguan, mengingat jumlah jadwal pengajiannya dalam seminggu sampai sebelas kali. Setelah sha!at Isya berangkat lagi ke masjid lain, kadang mengisi pengajian, atau seminar dan lain-lain. Demikianlah jadwal harian Syaikh yang sarat dengan muatan dakwah kepada Allah sepanjang pekan. Semoga martabatnya ditinggikan Allah di sisi-Nya.

Keistimewaan Syaikh:
Syaikh dikenal sebagai orang yang tawadhu (rendah hati). la sedikit bicara dan tidak akan bicara, kalau tidak karena menjawab pertanyaan. Kalau ulama lain berseberangan pendapat dengannya mengenai suatu hukum atau fatwa syariah, dengan tawadhu ia mengatakan, "mereka adalah ulama dan kita mesti menghormatinya." Dalam hal menanggapi pendapat ulama lain, ia tidak mau mendebat dengan cara yang kasar dan radikal. Apabila Syaikh Jibrin diundang mengisi pengajian atau ceramah agama di daerah manapun, ia tidak pernah menolak, selama dirinya tidak terikat dengan jadwal atau janji pada pihak lain. Syaikh Jibrin senantiasa berbaik sangka dan tidak pernah merasa iri terhadap siapapun dari kaum ahli sunnah wal jamaah, -sepengetahuan saya dan hanya Allahlah yang lebih tahu- ia selalu tawadhu dalam segala hal. Orang-orang yang mengenalnya pasti menyukainya karena kelapangan hatinya. Tidak mau menolak pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang yang minta bantuan. la penuhi permintaan mereka sendirian. Segenap waktunya adalah pengabdian kepada Allah dan agama. Hidupnya dipenuhi dengan kalimat-kalimat Allah atau dengan sabda-sabda Rasulullah saw. Menurut hemat saya - wallahu'alam- martabat dan ketinggian yang ada padanya, dikarenakan ketawadhuannya, mengingat hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Imam Ahmad, "Barangsiapa yang bersikap tawadhu', Allah pasti akan mengangkat martabatnya. " Apalagi bagi seorang yang diberi ilmu pengetahuan, wara' dan tawadhu'. Semoga Allah mengampuni kita semua, kita dapat meraih surga dan terhindar dari siksa neraka. ,Washallahu wa sallam `ala Muhammad wa alihi wa shahbihi.

Buku-buku karangan:
1. Syarh az-Zarkasyi 'Ala Mukhtashar al-Khurafi; Dirasah wa Tahqiq.
2. Akhbar al-Ahad fi Hadits an-Nabawi.
3. At-Ta'liqaat Ala Matn Lam'ah al-1'tiqad.
4. Fadhlllmi wa Wujub at-Ta'allum.
5. AhammiyahAl `flmi wa MakanatuAl `Ulama'.
6. Majmu' Fatawa wa Rasa'il as-Syaikh Abdullah al-Jibrin.
7. AI-Mufid fii TaqribAhkam al-Musafir (173 hukum).
8. AI-Mufid fii TaqribAhkam al-Adzaan (123 hukum).
9. Al `llam bi Kufri Man Ibtagha Ghairu al-Islam.
10. As-Siraj al-Wahhaj Lil Mu'tamir wal Hajj.
11. As-Shiyam: Adab waAhkam.
12. Khawathir Ramadhaniyah.
13. Fatawa Adz-Dzakah.
14. AI-Islam baina al-GF.alw wa al-Jafa' wa al-Ifrath wa Tafrith.
15. Fitan Hadza az-Zaman.
16. AI-Wala' wa al-Barra'.
17. Haqiqatullltizam.
18. AI-Adab wa al-Akhlaq asy-Syar'iah.
19. Fatawa waAhkam fi Nabiyullah Isa 'Alaihis Salam.
20. Syarh AI 'Aqidah al-Wasatiyah.
21. Syarh Kitab at-Tauhid.
22. Fawaid min Syarh Kitab Manar as-Sabil.
23. Fawaid min Syarh Kitab at-Tauhid.
24. AI-Amanah.
25. AI-Hajj: Manafi'uhu waAtsaruhu.
26. As-Salaf Ash-Shalih baina al-Ilmu wa al-Iman.
27. AI-Bida' wa al-Muhadditsat fi AI-Aqaid waAl-A'mal.
28. Muharramat Mutamakkinah fi Al Ummah.
29. AI-Jawab al-Faiq fi ar-Radd Ala Mubdil al-Haqaiq.
30. Asy-Syahadatan Ma'nahuma wa Ma Tastalzimuhu Kullu minhuma.
31. Syarh Kitab Minhaju as-Salikin.
32. AI-Irsyad Syarh Lam'atu AI `Itiqad.

Adapun tulisan-tulisan yang pernah diperiksa dan diberinya kata pengantar cukup banyak dan tidak terkira jumlahnya.

APA SAJAKAH SUNNAH RASULULLAH SAW?

"Makrifat adalah modalku, akal pikiran sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku, dan hiburanku adalah dalam sembahyang."

(Jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya tentang sunnahnya oleh Ali bin Abi Thalib ra dalam H Haekal, MH.: Sejarah Hidup Muhammad, Litera Antar Nusa, cetakan ke 27, 2002, hal. 214)


Dari Dr. Bahar Azwar


Saterdag 02 Januarie 2010

WORDS OF OUR PROPHET

"When a man loves his brother for sake of Allah, he should tell him that he loves him." ~ Abu Dawud.

"Give gifts to each other, as this will make you love one another." ~ Sahih Muslim.

"Give one another gifts and love one another. Give one another food. This will produce breadth in your daily bread." ~ Al Hafiz ibn al-Dayba al- Shaybani, (Taysir al-'usul ilaJami al-'usul, vol. 16, p. 239)

The Prophet (may Allah bless him and grant him peace) said: “One who is the best of you in good conduct is nearest to me. A believer loves and is loved. There is no good in one who does not love and is not loved.“ ~ Imam Ghazzali (vol. 2 , p. 95)

"Two brother are like two hands one of which clears the dust of the other." ~ Imam Ghazzali (vol.2, p.95)

"Do not be angry with each other and do not envy each other and do not turn away from each other, and be slaves of Allah, brothers." ~ Muwatta (Narrated by Anas ibn Malik)

Allah's Messenger (may Allah bless him and grant him peace) said, "A Muslim is a brother of another Muslim, so he should not oppress him, nor should he hand him over to an oppressor. Whoever fulfilled the needs of his brother, Allah will fulfill his needs; whoever brought his (Muslim) brother out of a discomfort, Allah will bring him out of the discomforts of the Day of Resurrection, and whoever screened a Muslim, Allah will screen him on the Day of Resurrection." (Narrated by Abdullah bin Umar, Vol 3: #622)

The faithful constitute a great spiritual force with the strength their love for one another for Allah’s approval gives them. As revealed in the words of one verse, “But those who were sure that they were going to meet Allah said, ‘How many a small force has triumphed over a much greater one by Allah’s permission! Allah is with the steadfast,” (Surat al-Baqara, 249), even if they are few in number, with the faith in their hearts they acquire great enthusiasm and will with which to overcome terrible difficulties and troubles. They obtain the assistance and support of Allah because of the moral values they display. As Allah has revealed in the verse, “You shall be uppermost if you are believers,” (Surah Al ‘Imran, 139), they constitute such a spiritual force that nobody can turn them against one another, and that nobody can break.

Since they sincerely seek Allah’s approval, they never engage in any confusion, disagreement or dispute among themselves. That is because the word of Allah is one; the verses of the Qur’an are clear. Since all believers abide unconditionally by the Qur’an and always act with a view to gaining as much approval from Allah as possible, a great harmony and order ensues. All matters can be easily resolved within a harmonious order. A powerful solidarity is formed because they behave in the light of the moral values of the Qur’an and the interests of believers, even when they conflict with their own interests, and hold their brothers’ desires above their own.

Since believers intend to be one another’s eternal friends in the Hereafter they are bound to one another with a deep love, respect and loyalty. Therefore, they know no rivalry, disagreement or dispute. Due to their fear of and sincere faith in Allah, no matter what difficulties or troubles they may encounter they never fall into defeatism, moral relativism or lack of will. If there is a flaw in one of them, the others will support him with proper moral values and encourage him towards goodness. Since they constantly command one another to perform what is good and to avoid evil, their faith and strength constantly grow. This spiritual strength possessed by believers, whose objectives, endeavours and prayers are always the same, which stems from faith and love, has been described by Bediuzzaman Said Nursi with the following example: “For just as one of man’s hands cannot compete with the other, neither can one of his eyes criticize the other, nor his tongue object to his ear, nor his heart see his spirit’s faults. Each of his members completes the deficiencies of the others, veils their faults, assists their needs, and helps them out in their duties. Otherwise man’s life would be extinguished, his spirit flee, and his body be dispersed. Similarly, the components of machinery in a factory cannot compete with one another in rivalry, take precedence over each other, or dominate each other. They cannot spy out one another’s faults and criticize each other, destroy the other’s eagerness for work, and cause them to become idle. They rather assist each other’s motions with all their capacity in order to achieve the common goal; they march towards the aim of their creation in true solidarity and unity. Should even the slightest aggression or desire to dominate interfere, it would throw the factory into confusion, causing it to be without product or result. Then the factory’s owner would demolish the factory entirely.” (Bediuzzaman Said Nursi, Risale-i Nur Collection, TheTwenty-First Flash)

This example given by Bediuzzaman is of great importance with regard to being able to comprehend the union and unity stemming from the love among believers. On account of the sincere love and devotion that stem from their faith, in the same way that the machinery in a factory comes together to constitute a great force, so they acquire an unshakable spiritual strength with their mutual love and devotion.

"Your friend is only Allah and His Messenger and those who believe: those who perform prayer and give the alms, and bow." (Surat al Ma’ida, 55)

"Allah loves those who fight in His way in ranks like well-built walls." (Surat as-Saff, 4)


From Yusof Onur for Harun Yahya
For more reading in English, please click here

Vrydag 01 Januarie 2010

SAAT ENGKAU MATI

Sesaat setelah rohku berpisah dengan jasad, yakni ketika aku mulai memasuki alam kehidupan yang baru, apakah aku dapat tersenyum menjumpai para malaikat yang memberikan salam dan bertanya padaku:
  1. Wahai anak Adam, engkaukah yang meninggalkan dunia atau dunia yang meninggalkanmu?
  2. Wahai anak Adam, engkaukah yang merengkuh dunia, atau dunia yang merengkuhmu?
  3. Wahai anak Adam, engkaukah yang mematikan dunia, atau dunia yang mematikanmu?
Ketika jasadku diletakkan menunggu dimandikan, mampukah aku menjawab pertanyaan yang diajukan malaikat kepadaku:
  1. Wahai anak Adam, di manakan tubuhmu yang kuat itu, mengapa kini engkau tidak berdaya?
  2. Wahai anak Adam, di manakah lisanmu yang lantang dulu, mengapa kini engkau terdiam?
  3. Wahai anak Adam, di manakah orang-orang yang dulu mengasihimu, mengapa kini mereka membiarkanmu tergeletak sendirian tanpa daya ?
Sewaktu mayatku dibaringkan diatas kain kafan, siap dibungkus, mampukan aku menuruti apa yang dikatakan malaikat :
  1. Wahai anak Adam, bersiaplah! Engkau akan pergi jauh dari sini tanpa membawa bekal!
  2. Wahai anak Adam, tinggalkan rumahmu dan jangan berharap dapat kembali!
  3. Wahai anak Adam, naikilah tandu itu untuk yang terakhir kalinya!
Tatkala jenazahku dipikul diatas keranda, sanggupkah aku bersikap anggun layaknya seorang raja yang di tandu prajurit, ketika malaikat berseru kepadaku:
  1. Wahai anak Adam, berbahagialah jika engkau termasuk orang-orang yang bertobat
  2. Wahai anak Adam, berbahagialah apabila selama didunia engkau selalu taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya!
  3. Wahai anak Adam, berbahagialah jika yang menjadi teman abadimu di alam kubur nanti adalah ridha Allah, akan tetapi celakalah enagkau apabila teman abadimu adalah murka Allah!
Ketika aku di baringkan untuk dishalati, akankah diriku mampu bersikap manis tatlaka malaikat berbisik ditelingaku:
  1. Wahai anak Adam, semua perbuatan yang telah engkau lakukan akan engkau lihat kembali.
  2. Wahai anak Adam, apabila selama ini engkau tenggelam dalam amal soleh, maka bergembiralah.
  3. Wahai anak Adam, apabila selama ini engkau tenggelam dalam kemaksiatan menuruti hawa nafsu, maka sambutlah penderitaan pedih sebagai akibat dari keenggananmu menjauhi larangan-Nya!
Sewaktu jasadku berada di tepi kubur siap untuk diturunkan ke liang lahat, akankah lidahku lancar menjawab pertanyaan malaikat yang berbisik:
  1. Wahai anak Adam, kedamaian apakah yang engkau bawa untuk menempati rumah cacing ini?
  2. Wahai anak Adam, cahaya apakah yang engkau bawa untuk menerangi rumah yang gelap ini?
  3. Wahai anak Adam, siapakah yang akan menemanimu di dalam penantian panjang ini?
Tatkala aku sudah diletakkan di liang lahat, masih mampukah aku tersenyum menjawab ucapan selamat datang yang disampaikan bumi kepadaku:
  1. Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau kerap bergelak tawa. Kini setelah berada di perutku apakah engkau masih akan tertawa atau menangis menyesali diri?
  2. Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau kerap bergembira ria, kini setelah berada di perutku apakah kegembiraan itu masuh tersisa atau akan menenggelamkanmu dalam duka nestapa?
  3. Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau pintar bersilat lidah, akankah engkau tetap bernyanyi atau diam seribu bahasa bergelut dengan penyesalan?
Setelah aku sendiri terbujur kaku dihimpit bumi tanpa daya dalam liang lahat, sementara sanak keluargaku beserta teman-teman karibku semua kembali ke rumahnya masing-masing, bagaimanakah kecemasan yang akan menguasai diriku ketika Allah SWT berfirman: “Wahai hamba-Ku, sekarang engkau sudah terasingkan sendirian. Mereka telah pergi meninggalkanmu dalam kesempitan dan kegelapan. Padahal semasa hidupmu engkau membangkang tidak mentaati-Ku semata-mata untuk kepentingan mereka. Balasan apakah yang telah engkau peroleh dari mereka? Dan tahukah engkau balasan apa yang akan engkau terima dari-Ku?”


Dari Jolok Sancang

POPE URGED TO LEAD CATHOLIC - MUSLIM DIALOGUE

Joseph Ratzinger/Benedict XVI receives a copy of the Koran. He's all smiles, isn't he? (John Paul II Cultural Center, Washington, D.C., April 17, 2008.) He received another copy of what he called this "dear document" a few weeks later in the Vatican.

WASHINGTON (AFP)

At a meeting with the representatives of five faiths, U.S. Muslim leaders said they urged Pope Benedict XVI to help establish a permanent dialogue between the two faiths.

"I told the pope: 'I met you two years ago at the Vatican and asked you then to lead efforts to establish permanent dialogue with Muslims,'" Imam Hassan Al-Qazwini, the religious director of the Islamic Center of America said at an impromptu news conference after meeting the pope.

"I repeated that call today. Muslims and Catholics form over 50 percent of the world's population and we are in desperate need of dialogue," he said.

Muzammil Siddiqi, chairman of the Islamic Law Council of North America, said he had also called for more dialogue with the Church, and urged the pope to use his influence to "bring stability to Lebanon."

"He said he would do his best," Siddiqi said.

Benedict met with leaders of the Buddhist, Hindu, Jain, Jewish and Muslim faiths at an inter-religious meeting at the John Paul II Inter-cultural Center in Washington.

"Today in classrooms throughout the country, young Christians, Jews, Muslims, Hindus, Buddhists and indeed children of all religions sit side by side, learning with and from one another," he told them.

"May others take heart from your experience, realizing that a united society can indeed arise from a plurality of peoples, provided that all recognize religious liberty as a basic civil right."

Benedict began a six-day visit to the United States on Tuesday. On Wednesday he became the first pope in 30 years to visit the White House, where he and President George W. Bush discussed the plight of Christians in war-torn Iraq, among other issues.

As published by worldwide media | 18 April 2008
For more reading in English, please click here

Sondag 13 Desember 2009

TIDUR SEHAT CARA ISLAM

Semua mahluk hidup memerlukan istirahat setelah melakukan aktivitas/kegiatan, karena aktivitas tersebut menggunakan jaringan sel hidup sehingga akan timbul kerusakan pada jaringan tersebut, istirahat ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan yang dimaksud. Selama kita tidur, tubuh mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru dan limbah serta uap kotor yang terjadi pun dibuang. Tidur ini tidak hanya diperlukan oleh manusia dan hewan saja, tumbuh-tumbuhan pun memerlukannya. Sebagai contoh saja, pada siang hari tumbuhan bunga matahari daun-daun kelopak bunganya terbuka dan menutup kembali pada waktu senja menjelang malam hari.

Mengenai tidur ini, tidak ada aturan kaku dan ketat yang diberlakukan, karena istirahat tidur ini tergantung pada usia, jenis pekerjaan, temperamen setiap individu. Bayi dan anak-anak memerlukan tidur lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Pada orang orang yang sudah berumur mereka sebenarnya lebih memerlukan istirahat daripada tidur yang sebenarnya, selama berbaring mereka lebih banyak menggunakan waktu untuk mengubah-ubah posisi berbaringnya saja. Orang yang bekerja dengan menggunakan otak/pikirannya memerlukan lebih banyak tidur dibandingkan dengan orang yang bekerja dengan fisiknya. Orang-orang yang lemah dan sakit-sakitan memerlukan lebih banyak tidur daripada orang sehat. Sebagai suatu ukuran, orang dewasa yang sehat dan banyak bekerja dengan otak/pikiran seyogyanya tidur selama tujuh jam.

Malam hari adalah waktu terbaik untuk tidur. Hal ini bukanlah masalah kebiasaan saja bahwa orang-orang yang bekerja pada siang hari akan tidur pada malam hari, namun secara alamiah terlihat bahwa siang hari lebih cocok untuk bekerja dan waktu malam digunakan untuk beristirahat/tidur. Pelaksanaan diluar aturan alamiah ini akan menimbulkan suatu beban yang lebih besar dan menghasilkan kondisi yang tidak sehat. Sebagai buktinya adalah bahwa para penjaga malam, dan bintang-bintang sinema yang bekerja di malam hari sebagai konsekwensinya harus tidur di siang hari, hal demikian dapat membuat suatu pengaruh yang dapat mengganggu kesehatannya.

Tidur mempengaruhi metabolisme tubuh dan merangsang daya asimilasi, itulah sebabnya jika tidur berlama-lama malah tidak sehat, karena tubuh kita menyerap/mengasimilasi limbah dan uap-uap kotor lagi, sehingga jika kita tidur kelamaan maka akibatnya kita bukannya menjadi segar bersemangat tetapi malah loyo. Disarankan untuk menata selang-selang (periode) aktivitas dan istirahat menjadi lebih pendek. Contoh yang terbaik adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW, beliau biasanya pergi tidur tidak terlalu malam kemudian bangun beberapa saat setelah lewat tengah malam untuk melakukan shalat Tahajjud, besoknya beberapa saat menjelang tengah hari beliau tidur sejenak. Ada juga orang-orang yang menyarankan agar pergi tidur larut malam kemudian bangun terlambat, hal seperti ini praktis tidak alamiah. Kita mengetahui bahwa hewan pun termasuk burung-burung bangun di awal waktu pagi, Seorang Muslim diperintahkan untuk bangun awal dan menjalankan shalat subuh dan praktek seperti ini adalah selaras dengan keadaan alami sehingga menyehatkan.

Tidur berbaring dengan posisi telentang adalah kurang sehat, karena menekan atau menyesakkan tulang punggung, bahkan kadangkala bisa menyebabkan kita ingin ke toilet/WC, juga tidur tengkurap atau menelungkup tidak praktis untuk pernapasan. Banyaknya tidur pada sisi kiri badan (menghadap kekiri) bisa menggangu kesehatan kita, karena menghimpit jantung sehingga sirkulasi darah terganggu dan mengurangi pasokan darah ke otak, jika ini terjadi kita akan mengalami mimpi-mimpi sedih memilukan, mimpi buruk/seram (nightmares) bahkan berjalan dalam keadaan tidur (somnabulisme). Posisi tidur terbaik menurut sains adalah pada sisi kanan tubuh (menghadap kekanan). Fakta ini telah diuji melalui riset medis modern yang panjang untuk membuktikan kebenaran ajaran Islam yang berkualitas wahyu, sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan kepada para pengikut beliau untuk tidur berbaring pada sisi badan bagian kanan. Dalam posisi tidur diusahakan agar kepala menghadap ke Utara dan kaki mengarah ke Selatan, sehingga tubuh tidak menolak arus/medan magnet konstan mengaliri sekujur tubuh dari kutub magnetik Utara menuju ke Selatan dan 'terhubung' lancar ke sistem syaraf kita.

Perlu diketahui & diingat sehubungan dengan fenomena tidur ini, yaitu jika terdapat suatu keinginan, niat, ide didalam fikiran kita sebelum tidur maka hal-hal tersebut secara latent mengendap didalam alam bawah sadar kita sepanjang malam dan tanpa disadari akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Sebagai contoh, jika seorang anak kecil tertidur dalam keadaan menangis maka pada umumnya saat anak itu bangun dia akan menangis lagi. Selanjutnya, jika seorang bayi jatuh tertidur ketika sedang menyedot susu, ia juga akan membuat gerakan yang serupa ketika terbangun. Oleh sebab itu, kita dianjurkan agar mengarahkan perhatian kita sebelum tidur pada hal-hal yang berhubungan dengan moral dan spiritual..

Rasulullah Muhammad SAW menyuruh kaum Muslim untuk membaca dan merenungkan ayat-ayat Al Quran, yaitu ayat Kursi dan tiga surah terakhir dari Al Quran sebelum tidur. Ayat-ayat tersebut tidak untuk dirapalkan seperti jampi-jampi atau mantera. Sebagaimana dapat diketahui, ayat-ayat tersebut banyak berbicara mengenai keagungan dan keindahan sifat-sifat Tuhan, dan hal ini akan memberikan kesan yang dalam serta kuat di alam fikiran kita. Merenungkan sifat-sifat keTuhanan tersebut akan membersihkan dan meninggikan ruhani serta mendapat perlindungan Allah SWT terhadap segala godaan setan dan hal-hal yang merugikan. Praktek seperti ini jika kita laksanakan dengan baik maka akan menjadi sumber yang besar bagi kekuatan moral.

Tidak dianjurkan langsung tidur setelah makan malam. Ada pepatah lama mengatakan : berjalanlah sejauh 1 mil setelah makan malam, raihlah kebaikan untuk selamanya. Islam juga menganjurkan kita agar secara khusus menjalankan shalat Isya berjamaah di masjid. Perintah ini baik bagi jiwa maupun raga.

Sulit tidur atau tidur dengan kualitas yang buruk sering juga menjadi penyebab dan pendamping penyakit syaraf atau penyakit jiwa. Oleh sebab itu penting sekali untuk mendapatkan istirahat yang baik di malam hari. Sulit tidur bisa diatasi dengan suatu niat untuk tidur. Terdapat beberapa faktor yang membantu kita tidur, antara lain yaitu kebersihan tempat tidur, mandi air hangat, minuman hangat dsb.

Dakwah atau pengajaran Islam memang berdasarkan prinsip-prinsip kesehatan dan bersifat alami. Adalah sangat menyenangkan untuk mempelajari doktrin-doktrin Islam dipandang dari ilmu pengetahuan modern.

Dari Dr. Shah Nawaz Khan

Donderdag 03 Desember 2009

CARA ISLAM MEMILIH PEMIMPIN

Pada masa kekhalifahan sahabat yang empat, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Khulafa ar-Rasyidin), istilah khalifah belum digunakan sebagai nama atau gelar yang menunjuk kepada suatu jabatan kepala pemerintahan. Ketika Abu Bakar as-Siddiq ditetapkan untuk menggantikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat, ia diberi gelar Khalifah Rasul Allah (pengganti Rasulullah SAW). Sebutan ini merupakan gelar khusus baginya sebagai pengganti yang melanjutkan tugas Nabi SAW memimpin masyarakat, dan bukan sebagai istilah yang menunjukkan pada jabatan.

Selanjutnya saat Umar bin Khattab ditunjuk sebagai pengganti Abu Bakar, Umar tidak bersedia menggunakan gelar khalifah. Dalam kehidupan sehari-hari ia lebih sering dipanggil dengan sebutan Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang beriman). Lambat laun panggilan ini menjadi istilah kepemimpinan di kalangan umat Islam di beberapa negeri Islam. Khalifah atau Amirul Mukminin atau kepala negara adalah pelayan umat sehingga dia mempunyai kewajiban kepada mereka seperti kewajiban seorang hamba kepada majikannya.

Pelaksanaan Pemilihan
Kepemimpinan negara dalam sistem Islam dengan sebutan apapun terlaksana dengan adanya ikatan antara umat dan penguasa, dan yang mewakili umat adalah majlis Syura atau majlis umat. Ikatan ini disebut baiat. Umat diharuskan memberikan baiat bila melihat adanya kemaslahatan umum. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar, berkata: ”Ketika kami membaiat Rasulullah SAW beliau bersabda kepada kami: ”Dalam hal-hal yang aku mampu.”

Begitu pula umat berkewajiban memberi baiat untuk satu atau dua masa kepemimpinan itu tidak untuk masa yang panjang atau seumur hidup. Tidak ada larangan bagi umat untuk memberi persyaratan kepada penguasa pembentukan kementerian bagi partai atau kelompok yang meraih suara pemilih terbanyak dalam pemilihan bebas yang diawasi oleh badan yudikatif secara langsung dan sepenuhnya. Dapat dikatakan pemerintahan Islam adalah pemerintahan sipil bukan teokrasi.

Pemilihan dan penetapan Abu Bakar as-Siddiq sebagai khalifah dilakukan secara demokratis. Pencalonannya, dilaksanakan oleh perseorangan, yaitu Umar bin Khattab, yang ternyata disetujui oleh semua yang hadir pada saat itu. Karena Rasulullah SAW memang tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya.

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa kematiannya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Para pemuka tersebut ternyata tidak keberatan dengan pilihan khalifah.

Setelah wafat, posisi Umar digantikan Usman bin Affan. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Keenam sahabat ini mempunyai hak memilih dan dipilih. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah.

Satu hal yang paling penting, kepemimpinan dalam pemerintahan Islam harus mengacu kepada Alquran dan sunnah Nabi SAW, sebagai undang undang tertulis. Tugas-tugas kepala negara sebagian besar terkait dengan masalah sipil. Untuk masalah yang tidak ditemukan hukumnya dari Allah atau tuntunan Nabi SAW, maka penguasa berhak mencari solusinya sesuai dengan kaidah-kaidah Syura dan kaidah-kaidah umum dalam Alquran dan Hadis. [dia/berbagai sumber]

Sistem Multi Partai
Gerakan Islam pada dasarnya tidak melarang sistem multi partai selama hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan menyeru kepada amar makruf nahi munkar. Sebab kesemuanya ini bagian dari kewajiban bagi setiap muslim, bukan hanya sekedar hak.Secara spesifik, Islam tidak mengenal istilah multipartai. Islam hanya menyebutkan sistem musyawarah (demokrasi) dalam menentukan pemimpin masa depan. Namun demikian, dalam masa pemerintahan Islam, sempat muncul istilah sistem multipartai.

Terdapat perbedaan antara sistem multi partai dan persaingan tidak sehat yang sering terjadi pada partai-partai pada umumnya. Begitu pula terdapat perbedaan antara demokrasi dan sistem syura yang benar dan penggunaan demokrasi atau syura yang hanya dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan pemerintahan diktator yang mana partai hanya menjadi alat untuk melegitimasi tindakan yang merugikan masyarakat.

Ikhwanul Muslimin gerakan Islam terbesar di Mesir adalah sebuah organisasi pertama yang mengenalkan sistem multipartai ini secara konkrit. Awalnya, Ikhwanul Muslimin, menolak sistem partai tunggal dan mempercayai sistem multi partai dalam masyarakat Islam. Dalam pandangan organisasi ini, masing-masing kelompok harus diberi kebebasan untuk mengumumkan misinya dan menjelaskan garis-garis yang ditempuh selama syariah tetap menjadi konstitusi tertinggi, yaitu undang-undang yang ditetapkan oleh lembaga eksekutif yang bersifat otonomi yang dilindungi dan jauh dari kekuasaan atau pihak manapun.

Namun demikian, sistem multi partai ini tidak dengan sendirinya menjadi indikator bahwa penguasa mempunyai komitmen pada sistem musyawarah atau asas demokrasi.Sebenarnya, dunia Islam sudah mengenal sistem multi partai sejak zaman Khalifah Usman bin Affan. Sistem multi partai pada masa itu ditandai dengan muncul kelompok-kelompok oposisi terhadap penguasa. Oposisi terhadap pemerintahan Usman muncul setelah sepuluh tahun sejak ia menjadi khalifah dari warga Mesir dan Syam yang datang membanjiri Madinah dan melemparkan tuduhan-tuduhan.

Keberadaan kelompok oposisi ini terus berlanjut pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Tokoh oposisi yang paling menonjol pada masa itu adalah para sahabat kenamaan, seperti Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah RA. Bahkan sekelompok sahabat tidak mau membaiat Ali.

Gerakan oposisi ini tidak melalui cara-cara damai dan cara dialog melainkan berkembang menjadi peperangan sengit seperti yang terjadi dalam perang Jamal (Unta) dan perang Shiffin yang berakhir dengan tahkim (arbitrase) antara Khalifah Ali bin Abi Thalib beserta pendukungnya dari penduduk Hijaz dan Muawiyah bin Abu Sufyan yang didukung oleh penduduk Syam.

Tahkim tersebut berakhir antara dua juru runding yaitu al-Asy’ari dan Amru bin Ash dari pihak Muawiyah, dengan keputusan melepaskan kepemimpinan Khalifah Ali serta mengembalikan kepemimpinan kepada umat untuk memilih lagi seorang khalifah baru yang akan memutuskan pertikaian dan menyelesaikan permasalahan serta ditaati oleh semua pihak. Keputusan ini pada akhirnya menimbulkan oposisi baru terhadap Ali dari kalangan pendukungnya sendiri. Mereka itulah kaum Khawarij yang dipandang oleh sebagian orang sebagai partai politik pertama dalam Islam.

Kemudian pada saat Thalhah, Zubair, dan Aisyah kembali memberikan dukungan mereka terhadap Ali, muncullah secara bertahap satu kelompok setelah itu di bawah nama Syiah. Kelompok ini mulai menampakkan bentuknya dengan warna yang paling dominan pada saat ini adalah sentimen kuat terhadap Ali dan ahlul Bait. Dalam perjalanannya kelompok Syiah ini berkembang menjadi satu ideologi bagi mereka yang diperjuangkan.

Keberadaan kelompok oposisi ini atau saat ini lebih dikenal dengan istilah partai terus berkembang pada masa sesudah al-Khulafa ar-Rasyidun. Beberapa diantaranya adalah kelompok ahlal-adl wa at-Tauhid pimpinan Washil bin Atha’ dan kelompok Mu’tazilah di masa kekuasaan Dinasti Umayyah. [sya/dia/berbagai sumber]

Hak Non Muslim
Allah SWT mengutus Rasul kepada seluruh umat manusia dengan aturan yang cocok bagi individu maupun masyarakat. Sebab Allah menciptakan manusia, yang Maha Mengetahui apa yang baik bagi diri manusia ini. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Katakanlah; Berjalanlah di muka bumi lalu lihatlah bagaimana penciptaan (alam) ini berawal.” (Al-Ankabut:20).

Syariah Allah yang berhubungan dengan sanksi hukum terhadap kejahatan dan yang berhubungan dengan muamalat, diturunkan bukan saja untuk kaum muslimin, melainkan juga untuk non-muslim, meskipun tidak dibenarkan memaksa mereka menerima Islam sebagai agama dan akidah. Mereka diharuskan menerima Islam sebagai aturan kehidupan sipil. Sebab bagi non-muslim, Yahudi dan Nasrani, mereka tidak mempunyai ajaran agama tentang sanksi hukum Ilahiyah serta aturan muamalat. Di sana tidak didapatkan aturan tentang urusan duniawi.

Akan tetapi undang-undang Islam, meskipun memberikan kebebasan bagi non-muslim, di sana terdapat ikatan-ikatan dan aturan yang harus dipatuhi. Antara lain mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sanksi hudud dan qishash, ini dipandang sebagai aturan umum yang tidak dibedakan antara muslim dan non-muslim, serta antara wilayah satu dengan yang lainnya.

Kemudian mengenai sanksi ta’zir yaitu selain hukuman hudud dan qishash, Islam menyerahkan pada kondisi masa dan tempat. Dalam hal ini masing-masing daerah boleh menentukan sanksi hukuman yang sesuai.Aturan lainnya mengenai urusan muamalat, seperti jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya. Untuk urusan ini Islam memberikan keleluasaan kepada non-muslim. Dalam kondisi ini Islam tidak mengharuskan mereka melarang apa yang halal bagi agama mereka meskipun haram menurut Islam.

Kemudian mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan urusan pribadi, seperti pernikahan, talak, wasiat, warisan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini warga non-muslim tidak diharuskan mengikuti syariah Islam. Pemberlakuan syariah Islam bagi non-muslim dalam masalah hudud dan muamalat merupakan hal yang diakui oleh seluruh undang-undang dunia modern. Meskipun bagi minoritas non-muslim mempunyai hukum sendiri, kecuali dalam masalah-masalah yang terkait dengan hukum keluarga.

Thomas Arnold dalam bukunya Ad-Da’wah ila Al-Islam mengemukakan, bahwa tujuan dikenakan jizyah kepad kaum Nasrani bukanlah sebagai bentuk sanksi atas penolakan mereka untuk masuk Islam, melainkan mereka melaksanakan pembayaran jizyah ini bersama warga non-muslim di bawah pemerintahan Islam yang diberi kebebasan memeluk agama mereka tetapi tidak masuk dalam jajaran militer. Mereka membayar jizyah sebagai ganti jaminan perlindungan yang diberikan kaum muslimin.

Hak Politik Wanita
Perselisihan paham mengenai hak politik bagi wanita telah ada sejak lama. Terdapat anggapan bahwa hak politik berarti memberikan kewenangan membuat undang-undang kepada para wakil rakyat di parlemen. Padahal jika dicermati, nash-nash syariah, baik laki-laki maupun perempuan tidak dibenarkan membuat undang-undang kecuali dalam masalah-masalah yang tidak diatur oleh syariah.

Di kawasan negara-negara Arab terjadi perdebatan sengit mengenai hak wanita untuk ambil bagian dalam pergulatan politik yang diwakili dalam hak pemilihan dan hak duduk di parlemen. Sebagian aktifis wanita beranggapan bahwa hak untuk terlibat dalam politik adalah kunci yang akan dapat membukakan bagi kaum wanita semua kehormatan dan kemuliaan. Oleh sebab itu diadakan secara khusus berbagai konferensi dan pertemuan guna membicarakan masalah hak politik bagi kaum wanita.

Para ulama klasik dan modern berbeda pendapat mengenai hak-hak politik bagi wanita. Perbedaan pendapat ini kembali pada konsep mereka masing-masing mengenai sifat pekerjaan ini. Satu pendapat mengatakan bahwa wanita tidak dibenarkan menduduki jabatan menteri. Sebab Imam atau khalifah harus meminta pendapat dari para menterinya pada saat-saat tertentu.

Pendapat kedua mengatakan bahwa wanita dilarang menjadi Qadli (hakim) menurut syara. Sebab profesi ini menuntut kesempurnaan pendapat (olah pikir).Sementara di kalangan ulama modern ada yang berpandangan bahwa wanita mempunyai hak-hak politik sepenuhnya selain dari pimpinan negara. Pendapat ini dianut oleh Syekh Muhammad Rasyid Ridha, DR Yusuf al-Qaradlawi, Syekh Muhammad Shalthout, dan DR Muhammad Yusuf Musa.

Alasan lainnya, Islam tidak mencabut hak wanita dan tidak melarangnya mengutarakan aspirasi dan pendapatnya, melainkan memberinya kebebasan penuh seperti halnya kaum pria. Sementara kaidah fikih menegaskan bahwa pada dasarnya yang ada dalam adat istiadat itu boleh secara hukum selama tidak ada nash yang mengharamkan.(rpb)


Woensdag 02 Desember 2009

KEHIDUPAN SETELAH MATI

Mungkin sebagian kita masih meragukan tentang kehidupan setelah mati, bagaimana caranya Allah SWT mengembalikan tubuh kita yang telah hancur di dalam tanah serta mengembalikan ruh (yang dicabut dari tubuh saat kematian) bersatu kembali dengan tubuh kita. Sementara itu, betapa banyak pula manusia yang sangat ketakutan menghadapi kematian sehingga berharap dapat hidup selamanya untuk menikmati dunia dan segenap isinya.

Kehidupan setelah mati adalah hal yang mudah bagi Allah SWT, semudah Allah SWT menciptakan segala sesuatu dari tiada menjadi ada. Dalam kehidupan dunia pun kita bisa membuktikan adanya kebangkitan. Jika hidup di negara yang mengalami pergantian 4 musim, maka dapat kita saksikan tumbuh-tumbuhan yang tadinya subur menjadi layu (kuning), lalu berguguran dan pada akhirnya membeku di musim salju (bagaikan pohon yang mati). Saat musim semi tiba udara menjadi hangat, dedaunan mulai tumbuh, kuncup bunga berkembang dan rerumputan pun tumbuh subur kembali.

"DIAlah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati, lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu." (Qs. Faathir [35]: 9).

"Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-NYA, kamu melihat bumi itu kering tandus. Maka apabila Kami turunkan hujan pada permukaannya ia berubah menjadi subur. Sesungguhnya Tuhan yang Maha menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati. Sesungguhnya DIA Maha berkuasa atas segala sesuatu." (Qs. Fushshilat [41]: 39).

Seorang Badui memungut sekerat tulang, dan menantang Muhammad saw: “Hai Muhammad, siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”

Allah menjawab dengan firmanNYA,

"(Dan) Dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kejadiannya. Ia katakan: “Siapa pula yang sanggup menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh itu?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Allah yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Tahu tentang segala makhluk.” (Qs. Yaasiin [36]: 78-79).

Sangat mudah bagi Allah SWT menggabungkan kembali ciptaannya yang telah hancur, sedangkan dari yang tiada bisa ia ciptakan menjadi ada yakni bumi, langit dan seisinya.

Saat jabang bayi dalam kandungan lebih kurang selama 9 bulan, ia akan mengalami masa kegelapan, hidup didalam air dan tempat yang sempit didalam perut ibunya. Jika ia bisa berfikir dan berbicara, maka manusia dil uar (perut ibunya) dapat memberikan informasi kepadanya tentang kehidupan dunia yang penuh cahaya, tumbuh-tumbuhan hijau, interaksi sesama makhluk dan kenikmatan lainnya.

Maka ia tentu akan bertanya: “Untuk apa aku didalam perut yang gelap dan sempit ini, kenapa aku tidak segera dikeluarkan?”

Manusia diluar akan menjelaskan: “Engkau harus menjalani proses di sana (dalam perut) agar tubuhmu sempurna dan siap untuk menghadapi kehidupan dunia.”

Sang jabang bayi kemudian mengerti lalu akan berkata: “Baiklah, saya akan mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi dunia yang penuh kenikmatan dan tantangan itu.”

Dialog diatas sebagai ilustrasi saja dari perpindahan dua alam, alam pra-kelahiran dan alam pasca kelahiran. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia (alam kehidupan) dan alam setelah kematian (kebangkitan), maka seharusnya dunia ini (alam kehidupan) merupakan persiapan yang matang untuk menghadapi alam kebangkitan yang abadi.

Jika kita memahami hakikat hidup ini yang sesungguhnya bersifat sangat sementara, dan memahami pula bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian, maka kita akan berkata persis seperti jabang bayi tadi: “Baiklah, saya akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua laranganNYA, agar saya siap menghadapi kehidupan setelah mati, dan mendapatkan kebahagiaan yang abadi.”

Masalahnya adalah, kadang-kadang kita melupakan ajaran Allah SWT dalam Al-Qur’an serta sunnah tentang kehidupan setelah mati, atau tidak ada manusia yang telah mengalami kematian yang dapat memberikan penjelasan kepada kita tentang kehidupan setelah mati itu. Jika kita selalu mengingat kematian dan kehidupan setelahnya, tentu kita akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan selalu berjalan di atas “rel” yang telah ditentukan-NYA.

Orang yang selalu ingat akan kematian adalah orang-orang yang cerdas, karena ia selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian itu. Dan ia tidak akan merasa takut terhadap kematian, karena kematian adalah gerbang kehidupan berikutnya yang indah dan abadi. Hanya manusia yang tidak punya bekal saja yang takut menghadapi kematian. Seseorang yang sangat mendambakan kematian akan berucap seperti Rasulullah SAW saat menghadapi sakratul maut: “Aku hanya ingin kembali keharibaan Allah!” Hal ini menunjukkan kerinduan yang sangat untuk bertemu Rabbnya.

Untuk itu, tidak seharusnya kita takut akan kematian karena hal itu hanya akan terjadi sekali saja dalam kehidupan kita. Lakukanlah persiapan yang matang untuk menghadapinya. Dan berharaplah agar pada saatnya nanti malaikat maut akan berkata kepada kita; "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-NYA. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-KU, dan masuklah kedalam syurga-KU. (Qs. Al-Fajr [89]: 27-30).

Wallahualam.

Sumer: HayatulIslam.Net | Oleh Azhari